Pola Tarif
- Peraturan Gubernur DIY Nomor 19 Tahun 2017
- Peraturan Daerah DIY Nomor 11 Tahun 2023
Seberapa penting keberhasilan pelatihan dapat diketahui melalui evaluasi pelatihan?
Hal ini masih menjadi pertanyaan besar ketika pelatihan belum berdasarkan kebutuhan instansi dan kebutuhan personal individu yang mengikuti pelatihan. Idealnya pelatihan akan dikatakan berhasil bila mengikuti siklus manajemen penyelenggaraan pelatihan. Manajemen penyelenggaraan pelatihan yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan terdiri dari enam proses meliputi analisa kebutuhan pelatihan, penetapan tujuan pelatihan, merancang program pelatihan, penyelenggaraan pelatihan, evaluasi pelatihan dan pengendalian mutu. Keenam proses tersebut dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah, satu sama lain saling mempengaruhi sehingga jika satu proses tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya maka proses lainnya akan terganggu (Kemenkes, 2019).
Kirkpatrick and Kirkpatrick (2019) mengemukakan evaluasi terdiri dari 4 (empat) level, level 1 reaction (reaksi), level 2 learning (pembelajaran), level 3 behavior (tingkah laku), dan level 4 result (hasil). Evaluasi level 1 reaction dilakukan untuk mengukur kepuasan peserta (customer satisfaction). Program pelatihan dianggap efektif apabila proses pelatihan dirasakan menyenangkan dan memuaskan bagi peserta pelatihan sehingga tertarik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih. Evaluasi level 2 learning mengukur apakah peserta dapat memperhatikan dan memahami materi yang diberikan oleh pelatih, diperoleh dengan membandingkan hasil pre-test dengan hasil post-test. Evaluasi level 3 behavior berbeda dengan evaluasi sikap pada level 2 (learning), perubahan sikap yang telah terjadi setelah mengikuti pelatihan juga akan diimplementasikan setelah peserta kembali ke tempat kerja, sehingga penilaian tingkah laku ini lebih bersifat eksternal. Perubahan perilaku setelah kembali ke tempat kerja disebut sebagai evaluasi program pasca pelatihan yaitu outcomes dari kegiatan pelatihan. Evaluasi level ini tidak bisa dilakukan sebelum evaluasi level 1 dan level 2 dilakukan. Bahkan ketika indeks kepuasan sangat bagus dan tujuan pembelajaran terpenuhi atau tercapai, transfer pengetahuan menjadi perilaku mungkin saja tidak terjadi. Kirkpatrick mengidentifikasi terdapat empat kondisi yang harus dipenuhi agar perubahan perilaku bisa terjadi, yaitu peserta harus mempunyai keinginan dari dalam dirinya untuk berubah, peserta harus tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya, peserta harus bekerja dalam iklim kerja yang mendukung, serta peserta harus diapresiasi perubahan yang dilakukannya.
Penerapan model evaluasi Kirkpatrick menunjukkan pada tahap implementasi di lingkungan peserta pelatihan bekerja sehari-hari lebih berpengaruh daripada pembelajaran selama pelatihan. Terdapat beberapa hambatan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam pekerjaan antara lain kurangnya kesempatan untuk mempraktikkan hasil pembelajaran, kurangnya kapasitas personal untuk menerapkan hasil pembelajaran, keyakinan bahwa usaha yang dilakukan tidak akan mengubah kinerja menjadi lebih baik, keyakinan bahwa kinerja yang diinginkan akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut oleh peserta, sejauh mana atasan secara aktif menghambat penggunaan pengetahuan dan keterampilan baru, dukungan atau resistensi dari rekan kerja ketika menggunakan pendekatan – pendekatan baru.
Evaluasi level ke 4 difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta telah mengikuti suatu program. Termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu program pelatihan diantaranya adalah kenaikan produksi, peningkatan kualitas, penurunan biaya, penurunan kuantitas terjadi kecelakaan kerja, penurunan turn over dan kenaikan keuntungan. Beberapa program mempunyai tujuan meningkatakan moral kerja maupun membangun teamwork yang lebih baik. Dengan kata lain adalah evaluasi terhadap impact program.
Kembali ke tujuan penyelenggaraan program pelatihan, yaitu untuk menutup gap kompetensi sebuah organisasi, sehingga pelatihan berdasarkan kebutuhan akan sangat penting. Ukuran kesesuaian penyelenggaraan pelatihan dengan implementasi dilapangan perlu di evaluasi, mulai dari reaction, learning, dan behavior dari peserta pelatihan, bila memungkinkan sampai dengan result pelatihan. Dari hasil evaluasi yang dilakukan sebagai dasar untuk perbaikan berkelanjutan yang terus menerus, sehingga penting pelaksanaan evaluasi.